H2C
Pengumuman hasil ujian nasional
memang selalu membuat para pesertanya menjadi H2C alias Harap – Harap Cemas.
Jika perasaan tersebut menggerogoti siswa SMA pada tingkat kronis yang timbul
ya efek yang sekarang sedang bermunculan GALAU. Dari kemarin hingga saat
ini pelajar kelas XII SMA lagi marak – maraknya menggalau dengan intuisi
mereka. Gak di twitter, di facebook semua pasang status GALAU. Yang menjadi
pertanyaan adalah apa setahun yang lalu aku juga seperti itu ya? Sepertinya
IYA tapi aku yakin nggak separah mereka. Bukanya sombong tapi setahun
lalu aku belum punya akun twitter. . .
Setahun yang lalu aku jaga
merasakan sensasi adem panas menanti hasil pengumuan itu. Pas jaman ku
doeloe, waktu hari H pengumuman malah siswa kelas XII gak boleh ada datang ke
sekolah dan diharapkan menunggu pengumuman dari rumah masing – masing. Satu
hari sebelum pengumuman diberitahukan lewat pesan singkat isinya sadis banet,
kata – kata ini “jika tidak lulus maka pihak berwajib akan mendatangi rumah
anda, jangan kemana – mana sebelum pukul 12.00” terasa sangat menusuk bagi siapapun yang
sedang menunggu hasil UAN. Setidaknya
seperti itulah yang aku rasakan, rasanya campur aduk nggak karuan. Disatu sisi
aku sangat penasaran dengan nilaiku, disisi lain aku takut jika ternyata aku
tidak lulus dalam ujian itu. Saat itu satu hari bagaikan satu tahun, dan
parahnya setelah dapat kepastian bahwa semua siswa di sekolah ku LULUS 100% aku
malah tambah panik lagi karena TAKUT nilai ujian ku tidak memuaskan. Aku tidak
tahu apa hanya aku yang merasakan seperti itu atau semua siswa SMA yang sedang
menanti hasil nilai ujianya juga merasakan hal yang sama seperti ku. Tak ada
hal lain yang perlu dilakukan jika sudah seperti itu, percayalah bahwa kamu
telah melakukan yang terbaik dan akan mendapat hasil yang terbaik pula jadi gak
usah GALAU ya bagi yang sedang dalam masa penantian.
Pamer SKHUN |
Narsiz Bareng D.I.D |
Coret - Coret Baju |
Narsiz with P |
Foto – foto ini diambil setelah
pembagian SKHUN, dan saat – saat seperti ini adalah saat yang tak kan mungkin
terlupakan. Aku bisa merasakan betapa bahagianya kami saat itu, mungkin satu –
satunya perpisahan yang membahagiakan adalah saat itu, saat dimana kami tidak
menyadari bahwa acara coret – coret baju waktu itu sejatinya adalah perpisahan
bagi kami. Dan mungkin hanya sebagian kecil yang menyadari bahwa coretan tangan
yang tertinggal dibaju itu adalah jejak kenangna yang akan tertinggal untuk
masa SMA kami. Setelah puas coret – coret baju kemudian pulang dan kami tidak pernah tahu kapan kami dapat bertemu
kembali. Saat itu aku menyadari satu hal, hari itu adalah hari terakhir kalinya
kami padat bertemu dan memandang satu sam lain dengan seragam kebanggaan kami
anak SMA, abu – abu putih. Setelah hari itu kami tak pernah lagi bertemu dengan
mengenakan seragam ala anak SMA lagi.
PENA punya agenda tersendiri
untuk merayakan kelulusan kami. Jika kebanyakan pelajar memilih untuk pawai dan
arak – arakn keliling kota, kami lebih memilih untuk menikmati masa SMA
terakhir kami di KANTIN sekolah. Satu hari sebelum pengumuman kami membuat
sebuah perjanjian, siapapun yang mendapatkan nilai paling tinggi diantara kami
berempat harus bersedia melakukan syukuran hari itu juga. Sebenarnya ini adalah
salah satu alasan agar kami bisa lebih lama bersama, disisi lain ini adalah
kesempatan untuk bisa mendapatkan makanan dengan gratis. Dan yang sukses
menjadi korban saat itu tak lain adalah aku sendiri, nilai ku tak beda jauh
dari mereka dan aku juga yang harus menanggung keganasan perut mereka. Makanan
yang paling popular di sekolah waktu itu adalah gado – gado, dan satu – satunya
penjual gado – gado ada disebrang jalan. Tanpa pikir panjang kami berjalan
menuju seberang jalan tapi jalan menuju seberang tidak semulus yang diharapkan.
Baru sampai didepan gerbang sekolah kami langsung disambut dengan pawai dari
pelajar gabungan beberapa sekolah. Puluhan motor berhenti didepan gerbang
sekolah kami dan mengajak rebut dengan pelajar dari sekolah kami. Mereka
berbicara dengan sangat kasar dan berbuat anarkis, sejujurnya aku sangat takut
melihat adegan yang biasanya hanya aku lihat lewat berita – berita di TV.
Sedikit saja kami melakukan tidakan yang salah, tawuran antar pelajar yang
terjadi. Untungnya disana penjaga sekolah sudah berjaga dan mengantisipasi hal
itu, karena kabar kerusuhan mereka sudah terdengar sebelumnya. Dengan sedikit
bantuan polisi mereka dapat diusur dengan satu kali bentakan, dengan todongan
pistol tetunya. Disaat kisruh seperti itu, mungkin akan lebih baik jika kami
bersembunyi, tapi N dan A memilih untuk mengabadikannya, mereka merekam
kejadian langka itu. Memang sedikit beresiko, jika mereka tersinggung HP yang
mereka pegang disa saja dihancurkan denga sekali banting, tapi N bilang sayang
jika dilewatkan, A justru lebih parah dia bilang uji nyali memacu adrenalin.
Dan yang paling paranoid diantara kami adalah P, sepertinya P sangat ketakutan,
dia tidak berani menamoakan diri bahkan setelah pawai itu menjauh dia masih
belum berani mendekati gerbang sekolah. Tapi ketakutan P akan meleleh dalam sepiring
gado – gado. Setakut apapun P, dia tidak akan mungkin melewatkan kesmpatan ini.
Tak peduli seberapa krisisnya
duniaku , sekering apapun kantong ku saat itu perjanjian tak kan dapat
dilanggar. Aku tetap harus menjadi keganasan perut mereka. tapi aku bahagia
bisa menghabiskan waktu ku untuk berlama – lama dengan mereka.